MrJazsohanisharma

Prabowo Masuk Kolam: Konyol atau Tepat?



Oleh: Oce Satria (jurnalis, blogger)

MESKIPUN terlihat konyol, tapi bergabungnya Prabowo ke pemerintahan Jokowi bisa dimaklumi. Cara melihatnya bukan dengan gaya komentator bola yang bicara strategi lalu meramal akhir permainan. 

Pakai cara reporter saja.

Reporter mengumpulkan data, mengolahnya menjadi laporan, menyajikannya dalam bentuk berita, tanpa memoleskan opini, dan menyerahkan kepada pembaca untuk membuat sikap atas berita yang dibaca.

Membaca kenyataan Prabowo hari ini juga sama. Fakta bahwa ada sifat jentelmen saya kira kita semua sudah tahu bahwa Prabowo punya itu. Ingat bagaimana ia periode lalu datang ke pelantikan Jokowi dan dengan gagah memberi hormat. Ia tidak cemen. Dan orang banyak mengapresiasi dan menjura atas sikap jantannya itu.

Lingkut lagi file berita lama. Ia juga berkuda bersama Jokowi, "musuh"nya. Tapi sesudah itu ia tetap saja melancarkan 'perang' kepada Jokowi, baik melalui realese pribadi maupun lewat mikrofon partai dan politisi Gerindra. Fadli Zon adalah bukti nyata bagaimana Prabowo memberi previlese kepada anggota Ikatan Keluarga Minang itu untuk terus vokal kepada teman berkuda bosnya.

Bahwa Prabowo seorang jenderal cerdas kita juga mafhum. Darah begawan ekonomi Soemitro Djojohadukusumo ada di dalam simpul syarafnya. Karena itu ia lahir dan datang dengan gagasan, narasi, dan ide-ide besar yang ia susun di kepalanya, seperti yang kita tahu dari pernyataan-pernyataannya sejak dulu. Sebagian ia tuangkan dalam tulisan. Contohnya dalam buku Indonedia Paradox, karyanya.

Bahwa, Prabowo seorang jenderal temperamental dan garang, orang juga tak heran. Itu bawaan orok, kalau boleh disebut. Tapi, bisa dibaca, bahwa kegarangannya tidak menyangkut hal-hal yang bersinggungan dengan personal. Ia marah jika gagasan dinilainya menabrak hal-hal ideal. Ia juga kekadang mengekspresikan kegusarannya dengan menggebrak podium jika berorasi.

Bahwa Prabowo adalah seorang politisi yang naif, itu juga terbaca oleh publik. Mungkin kontradiktif dengan kegarangannya. Tapi itulah faktanya. Ia tak selalu "bengis" kepada lawannya, seperti yang pendukung militannya harapkan. Dalam hal ini juga termasuk sifatnya yang terlihat pemaaf, tidak pendendam dan sebagainya.

Bahwa ia jentelmen, seperti saya sebut tadi, bisa Anda ingat bagaimana saat debat capres lalu ia mematahkan utopia fansnya untuk menggulung Jokowi. Tapi itu tidak dilakukannya. Dan penonton kecewa. Biasa.

Masih dalam debat capres juga, bagaimana kalimat Probowo saat ditanya apa serangan (bantahan) nya untuk sesuatu isu waktu itu.

"Kalau sudah sama kenapa mesti diadu-adu terus? Saya punya pikiran yang sama dengan Pak Jokowi" (untuk isu itu -lupa isunya).

Artinya, Prabowo bukan jagoan yang mudah menurut "dihasut-hasut" pendukungnya untuk terus menyerang. Pada titik persamaan ide ia secara jantan mengakui dan berdamai dengan itu, dan merasa tak perlu terus mencari-cari lubang  serang.

Tentang ini, ekonom Rizal Ramli yang dikenal cukup dekat dengan Prabowo mengakuinya.

“Memang Pak Prabowo itu hatinya baiklah pada dasarnya, walaupun imagenya galak. Tapi dia gentleman. Apa yang ia katakan, ia janjikan, itu yang ia kerjakan,” sebut Rizal Ramli.

Nah sekarang bagaimana? Prabowo sudah mencebur masuk "kolam". Kedengarannya miris, memalukan, menyakitkan bagi fans militan. Tapi bagi pendukung Prabowo yang masih menyisakan ruang optomisme di benaknya akan membaca bahwa kehadiran Prabowo di "kolam" setidaknya diharapkan akan sedikit mencuci IQ200 Sekolam, image yg terlanjur lekat di kolam Jokowi selama ini.

Dan ingat, lakon yang masuk tak hanya Prabowo sendirian. Masih ada sejumlah lakon lain yang juga dapat diharapkan. Tetapi jangan lupa, kendati begitu  kemungkinan bahwa lingkaran Luhut-Hendro-Wiranto akan terpinggirkan, belum ada jaminan. Bagaimana lakon Prabowo berhadapan dengan orang-orang itu dalam satu kabinet? Kita tunggu. 

Menyudahi cikarau ini, ada baiknya kita berprasangka dulu bahwa boleh jadi langkah Prabowo ini mengambil kaidah hukum fiqih (?) "Tidak bisa semuanya, jangan tinggalkan semuanya".

Soal apakah niatnya hanya sekadar cari kursi, sepertinya agak naif kalau kita menuduh Prabowo hanya sekadar mengincar kursi dan harta. Ia, seperti sering ia sebut, sudah selesai dengan dirinya. Terakhir, dia prajurit, tentara. Tak pernah ada tentara yang pensiun!

Namun, di samping  berpegang pada optismisme dan baik sangka, kita juga harus mnenyisakan  ruang keraguan dalam hati. Kita tak boleh percaya begitu saja. Karena yang kita gosipkan ini adalah carut marut politik para politisi. (oce)

*Pekanbaru 22 Oktober 2019
TNCMedia

Dukung editor dan penulis situsweb ini via Bank Rakyat Indonesia (BRI) No Rek: 701001002365501 atau ke BRI No Rek: - 109801026985507 Kontak: 082113030454

Lebih baru Lebih lama