TheJakartaWeekly -- Seorang pendeta dari negara bagian Virginia meninggal setelah terinfeksi virus corona. Pendeta berusia 66 tahun itu jatuh sakit setelah perjalanan pelayanan ke New Orleans bersama istrinya.
Saat melakukan perjalanan pulang, pendeta dan keluarganya berhenti di North Carolina. Istrinya mencoba menariknya keluar dari mobil.
"Ketika saya menginjakkan kaki di tanah, ia ambruk," kata istrinya.
Pendeta itu dibawa dengan layanan darurat ke rumah sakit setempat. Ia dipasangkan ventilator.
Di rumah sakit itulah ia didiagnosis menderita pneumonia ganda. Dia juga dites positif terkena virus corona saat berada di rumah sakit. Sayang, nyawanya tak bisa diselamatkan. Ia meninggal pada tanggal 25 Maret setelah menghabiskan satu minggu dengan ventilator.
Pendeta itu sebelumnya telah membagikan status facebook hanya beberapa hari sebelum dia jatuh sakit. Ia menuduh media "memanipulasi" orang-orang dengan "histeria massal" selama pandemi virus corona ini.
Postingan facebook yang sama juga mengklaim bahwa media "benar-benar tak fair" selama wabah flu babi H1N1 beberapa tahun silam yang ia nilai lebih berbahaya. Ia memposting statistik dari wabah itu dan membandingkannya dengan tahap awal wabah virus corona di AS, ketika pandemi COVID-19 hanya menginfeksi lebih dari 1.000 orang di AS pada tahap itu.
Karena itu, pos itu secara keliru menyatakan bahwa flu babi lebih mematikan daripada virus corona, ketika semua penelitian menunjukkan sebaliknya.
Saar ini, AS sekarang memiliki lebih dari 123.000 infeksi virus corona dan lebih dari 2.200 kematian. Ini merupakan peningkatan terbesar infeksi di negara mana pun hingga saat ini, dengan lebih dari 19.400 infeksi baru dalam satu hari.
Flu babi H1N1 diperkirakan oleh CDC telah menginfeksi 60,8 juta orang di AS, dan membunuh 12.469 orang, memberikan tingkat kematian 0,02%
Sebagai perbandingan, tingkat kematian akibat virus corona di AS saat ini adalah 1,8%, yang berarti bahwa saat ini dengan data yang tersedia, virus corona adalah 87 kali lebih mematikan daripada flu babi. Namun, statistik ini dapat berubah tergantung pada jumlah tes yang dilakukan.
Para peneliti dari Imperial College di London memperkirakan bahwa dunia bisa menghadapi sekitar 40 juta kematian akibat virus korona tahun ini, kecuali jarak sosial dipraktikkan.
Jika kontak sosial dalam populasi umum berkurang hingga 40% dan 60% di kalangan lansia dan rentan, jumlah orang yang meninggal dapat dipotong setengahnya.
Oce Satria
Sumber: Times of Sweden
Tags:
corona virus