THEJAKARTAWEEKLY -- Dalam video yang diposting oleh akun @TMCPoldaMetro, polisi terlihat mengepung mobil ambulans dan melakukan pengecekan. Ketika pintu mobil dibuka, tampak sejumlah orang yang diduga petugas Dinas Kesehatan berada di dalam mobil. Terdengar teriakan berulang-ulang, "Ini penyuplai batu nih! Penyuplai batu nih!"
"02:14 Polri amankan 5 kendaraan ambulans milik Pemprov DKI Jakarta yang digunakan untuk mengangkut batu dan bensin yang diduga untuk molotov di dekat Gardu Tol Pejompongan Jl. Gatot Subroto," tulis akun @TMCPoldaMetro menyertai video tersebut.
Cuitan itu pun lantas diberitakan oleh berbagai media, salah satunya kompas.com. Sebelumnya di kolom komentar, netizen mempertanyakan admin @TMCPolda Metro yang menyebut ambulan bawa batu dan bensin untuk molotov, sementara di video tak terlihat sama sekali. Netizen pun menuduh polisi telah menyebar hoax dan fitnah pada Pemprov DKI.
Namun, tweet dengan unggahan video yang diposting Kamis (25/9/2019) pukul 02.16 WIB tersebut sudah dihapus oleh admin @TMCPoldaMetro. Polda Metro.
Jurnalis dan sutradara Sexy Killers, Dandy Laksono bereaksi keras atas tindakan akun resmi kepolisian tersebut. Ia juga mempertanyakan media yang asal kutip, seperti kompas.com.
Dandy mempertanyakan, berita yang ditulis kompas.com hanya mengutip polisi. Di video yang disebar polisi tidak ada gambar/rekaman batu di dalam ambulans. Tidak ada gambar bensin, dan lain-lain.
"Kita tunggu redaksi @kompascom dan media lain yang telah mengutip informasi hoax yang disebar @TMCPoldaMetro tentang ambulans yang membawa batu," kata Dandy melalui cuitan di Twitter. Kamis (26/9/2019).
Sebab, kata Dandy, kekerasan juga terjadi pada tim medis di gedung BNI. Mei lalu, tim ambulans Dompet Dhuafa juga menjadi korban kekerasan polisi
"Yang paling serius, di video yang disebarkan polisi itu, perekamnya sangat jelas dan sengaja mengatakan 'ini ambulans yang membawa batu'," tulisnya.
Jadi menurut Dandy, ini bukan hanya penyebarluasan hoax yang melibatkan polisi, juga indikasi rekayasa hukum dan penyalahgunaan wewenang yang serius.
"Harus ada warga negara (terutama pihak-pihak yang dituduh, pemilik ambulans, atau paramedis yang diteriaki dan dituduh membawa batu) yang melaporkan kasus fitnah atau rekayasa hukum ini ke polisi. Kita lihat bagaimana polisi memproses polisi. Mungkin sia-sia. Tapi perlu," tegasnya.
Ia menilai, video "ambulans membawa batu" ini patut diduga direkam oleh polisi. Bukan wartawan, apalagi warga. Ia dan kameranya punya akses leluasa mengambil gambar sambil berteriak-teriak.
"Jika ada yang posting sebelum dirilis polisi, artinya polisi menyebarkankan informasi ke pihak lain," tandasnya.
Berita yang dirilis kompas.com tersebut juga sempat membuat tudingan miring pada Pemprov DKI. Bahkan Yustinus Prastowo, pakar perpajakan yang juga aktif bertwitter ikut terjebak tendensius gara-gara membagikan berita itu.
"Nah, kalau ini penumpang terang, nggak gelap lagi. Harus ditindak tegas, penyalahgunaan prasarana publik. Penyalahgunaan kewenangan juga. Pidana juga seharusnya," tulisnya.
Namun Prastowo langsung diingatkan followernya.
"Bro, coba cek lagi apa bener & valid info ini? Sumbernya dari mana? Coba cek lagi, di sumbernya msh ada atau sdh dihapus.
Sebagai teman eijke cuma mengingatkan, sayanglah kalau kredibilitas remuk hanya karena terbawa emosi dan ketidaksukaan semata," demikian komentar di cuitan Prastowo. (Oce)