MrJazsohanisharma

Moeldoko: "Sudah Enggak Perlu Buzzer-buzzeran"


Ninoy Karundeng, buzzer Jokowi yang juga dikenal sebagai kontributor media seword.com, ia ditangkap dan dihajar massa saat demo anak STM beberapa hari lalu

THEJAKARTAWEEKLY -- Buzzer muncul karena perjuangan menjaga marwah pemimpin yang didukung. Demikian dikatakan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko terkait keberadaan buzzer (pendengung) yang saat ini banyak disorot. Ia  memastikan saat ini keberadaan buzzer atau pendengung sudah tidak diperlukan lagi.

“Dalam situasi ini, relatif sudah enggak perlu lagi buzzer-buzzeran," kata Moeldoko seperti melansir tempo.co.

Menurut Moeldoko, yang diperlukan saat ini adalah dukungan politik yang membangun, bukan yang bersifat destruktif. Para pendengung, kata Moeldoko, selalu melemparkan kata-kata yang tidak enak didengar dan tidak enak di hati.

"Itulah destruktif, dan itu sudah tidak perlulah." ujar Moeldoko.

Menurut Moeldoko, yang perlu dibangun adalah semangat bersama, khususnya di antara partai politik telah bersepakat untuk berkolaborasi. Ia juga meminta para buzzer untuk menurunkan egonya.

 
"Semangat mendukung idolanya tetap dipertahankan tapi semangat untuk membangun kebencian harus dihilangkan," kata dia.

Dalam opini Majalah Tempo pekan lalu menulis bahwa tingkah pendengung pendukung Presiden Jokowi makin lama makin membahayakan demokrasi. Berbagai kabar bohong mereka sebar dan gaungkan di media sosial untuk mempengaruhi opini dan sikap publik.

Para pendengung menjadi bagian dari kepentingan politik jangka pendek: mengamankan kebijakan pemerintah. Presiden Jokowi pun diminta menertibkan buzzer yang sulit dipercaya keberadaannya tidak Presiden ketahui jika bukan dia kendalikan.
 
Moeldoko juga merespons tentang aktivitas para pendukung Jokowi beberapa hari belakangan ini. Dua kasus dia soroti yakni terkait penyebaran informasi ambulans DKI Jakarta yang disebut membawa batu dan bensin saat aksi massa di sekitar Gedung MPR/DPR.

Lalu kasus tangkapan layar grup WhatsApp pelajar STM, yang ternyata nomor telepon di grup itu diduga milik anggota Polri.

Kedua informasi itu dianggap sejumlah pihak menyesatkan alias hoaks.

Berdasarkan analisa DroneEmprit terkait mobil ambulans DKI Jakarta membawa batu dan bensin, diketahui bahwa pihak pertama yang menyebarkan informasi itu adalah akun-akun yang dikenal kerap 'membela' Jokowi ataupun pemerintah.

Mereka antara lain, @OneMurthada, @Paltiwest, @digeeembok, @Dennysiregar7, dan akhirnya juga diunggah oleh akun @TMCPoldaMetro. Setelah ramai 'dilawan', akhirnya Polda Metro mengakui keliru menyebut ambulans DKI bawa batu dan bensin.

Sementara itu, sejumlah akun yang mengunggah tangkapan layar grup WhatsApp anak STM antara lain, @TheREAL_Abi, dan @OneMurtadha. Namun akun-akun tersebut sudah menghapus unggahannya setelah para pengguna Twitter lainnya mengkritisi isi tangkap layar itu.
(Oce)
 
 
TNCMedia

Dukung editor dan penulis situsweb ini via Bank Rakyat Indonesia (BRI) No Rek: 701001002365501 atau ke BRI No Rek: - 109801026985507 Kontak: 082113030454

Lebih baru Lebih lama