Kontroversial Bos Mayapada Dato Sri Tahir

DatoSri Tahir (Ang Tjoen Ming) -Foto: Tempo.co



SKANDAL Asuransi Jiwasraya semakin melebar kemana-mana. Bukan murni urusan nasabah, hukum dan bisnis, namun nuansa politik juga agak kental.


Oleh: Budi Purnomo Karjodihardjo


Selain urusan hukum yang dirilis oleh Kejaksaan Agung yang sudah mencekal 10 nama, ternyata bermunculan nama lainnya yang muncul ke permukaan, dan disangkutpautkan dengan skandal Jiwasraya.
Disertai dengan berbagai bumbu-bumbu berita, banyak isu yang mengaitkan urusan ini dengan tokoh di lingkungan istana (Jenderal Purn Moeldoko, akademisi (Rhenald Kasali, dan pebisnis, termasik Dato Sri Tahir (atau Tahir), pendiri kelompok bisnis Mayapada Group.
Sebagai tokoh Indonesia, Tahir tidak mungkin mempertaruhkan namanya untuk Jiwasraya. Berdasarkan penelusuran media, namanya tidak ada dalam daftar cekal. Bergitu juga kaitannya soal Jiwasraya, baik di medsos dan media mainstream.
Sayangnya, sapapun tokoh yang disangkutpautkan dengan Asuransi Jiwasraya maka nama baik, reputasi, dan citra tokoh tersebut akan terganggu. Indeks reputasinya berpotensi turun. Karena itu diperlukan langkah image restoration (pemulihan citra atau reputation repair) yang tepat.
Ada “Masalah” Komunikasi
Tahir adalah “orang penting” di Indonesia. Beliau adalah pendiri kelompok bisnis Mayapada Group ini termasuk Orang Terkaya Indonesia Nomor 7 (dia juga menantu Mochtar Riady, pendiri Lippo Group). Tahir baru saja diangkat menjadi salah satu anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres RI) Jokowi.
Sebagai  pelaku pasar modal (karena beberapa usahanya sudah go public di bursa efek, Tahir sangat kuat memegang teguh prinsip “My Word is My Bond”.
Namun ada masalah komunikasi dalam sinkronisasi, terutama saat menanggapi pers terkait Jiwasraya. Terbaca ada insinktonisasi antara pernyataan Tahir dengan fakta yang berkembang. Di media Bisnis, 27 Desember 2019, Tahir mengatakan pihaknya tidak pernah mau membeli saham maupun akuisisi dari siapapun.

“Jadi itu hoax total. Kami tidak pernah ada rencana mau beli atau ambil alih saham, siapapun. Termasuk saham-saham milik Pak Benny [Direktur Utama MYRX Benny Tjokrosaputro], apapun namanya,” ucap Tahir.
Tetapi, sayangnya dalam Pengumuman Keterbukaan Informasi yang diumumkan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) yang menjadi berbagai berita media bisnis, justru mempublikasikan judul berbeda.
Meskipun judulnya berbeda-beda, namun poinnya sama saja. Misalnya : Emiten Properti Milik Keluarga Dato’ Sri Tahir Beli Perusahaan Benny Tjokro (media Kontan, 17 Desember 2019), Tahir akan Akuisisi Anak Perusahaan Benny Tjokro (media CNBC Indonesia, 18 Desember 2019), dan judul medis lainnya yang menduplikasi judul ini.
Menghadapi persoalan demikian, seharusnya (sebaiknya) Tahir melakukan upaya pemulihan reputasi dan restorasi citra agar kontroversi sinkronisasi pernyataan Tahir, dengan pengumuman bursa efek bisa segera diminimalisasi.
Rekomendasi Restorasi Citra
Sebenarnya ada dua isu yang sedang menjadi sorotan publik, dan pelaku pasar modal yaitu pertama soal isu Jiwasraya, dan kedua, soal isu hubungan bisnisnya dengan pengusaha Benny Tjokrosaputra, pemilik Hanson Group – yang dicekal Kejakgung terkait Jiwasraya.
Kedua isu tersebut sebenarnya bisa dipandang sebagai hal yang tidak terkait, merupakan hal yang berbeda, dan hal yang terpisah oleh dinding pemisah yang tinggi, seperti chinesse wall.
Dengan demikian, saya merekomendasikan upaya restorasi citra, melaui dua delivery informasi yang mestinya disampaikan oleh pihak Tahir.
Pertama, terkait isu Jiwasraya perlu ada penjelaskan ulang bahwa Tahir dan Mayapada Group sama sekali tidak terkait langsung maupun tidak langsung dengan masalah Asuransi Jiwasraya. Ini, adalah Denial Strategyseperti yang tercantum dalam teori komunikasi, Image Restoration Theory.
Hal ini bisa disertai dengan tambahan informasi atau mrmpersilahkan agar media juga mengecek masalah ini kepada pihak yang berwenang menangani persoalan Asuransi Jiwasraya (misalnya, kementerian BUMN, Kemenkeu ataupun Kejaksaan. Agung)
Yang membuat pernyataan soal di atas bisa dilakukan langsung oleh nara sumber mahkota (yaitu Tahir), atau anggota keluarga Tahir (yang disampaikan melalui Press Conference maupun Press Release)
Kedua, soal kerjasama bisnis dengan Benny Tjokro. Sebaiknya yang menyampaikan informasi di berikut ini bukan Tahir, tapi sebagai penggantinya bisa pihak anggota, CEO Mayapada Group, atau Corporate SecretaryMayapada Group.
Dalam masalah ini perlu ada penguatan penjelasan sebelumnya bahwa secara pribadi memang tidak ada kaitan bisnis antara Tahir dan Benny Tjokro. Hal ini merupakan langkah Corective Action Strategy, dalam teori komunikasi, Image Restoration Theory.
Bisa juga menambahkan informasi, karena kesibukan Tahir membantu pemerintah, dan kegiatan sosial (filantropi), sehingga Tahir juga mengurangi aktifitas bisnisnya, dengan memberikan kesempatan bagi manajemen perusahaan untuk mengambil langkah-langkah corporate action yang terbaik.
Selain itu, semua info rencana corporate actionyang dilakukan di pasar modal sepenuhnya merupakan transaksi yang dilakukan oleh perusahaan publik yang tercatat di bursa efek, sehingga dilakukan secara transaran, sesuai dengan aturan pasar modal, terutama soal keterbukaan informasi publik dan good corporate governance.
Karena itu, sebagai bagian dari keterbukaan informasi publik, sebaiknya semua informasi tertulis terkait isu Jiwasraya dan Benny Tjokro sebaiknya dilaporkan juga ke bursa efek agar tidak menimbulkan spekulasi ataupun sentimen yang mempengaruhi harga saham di pasar modal.
Perkuat dengan Online Reputation Management (ORM)
Dengan langkah-langkah restorasi citra di atas mestinya bisa menjadi jalan terbaik untuk pemulihan citra. Sekaligus memperjelas konten dan konteks pemberitaan seputar Jiwasraya yang terkait dengan Tahir.
Namun demikian, jika masih ada kekhawatiran kemungkinan adanya gangguan terhadap nama baik, reputasi, atau citra, sebaiknya manfaatkan strategi Online Reputation Management Reputation (ORM).
Penggunaan strategi dan teknologi dalam ORM terbukti sangat efektif untuk pemulihan citra dan restorasi reputasi. Secara prinsip, ORM memanfaatkan teknik Search Engine Optimation (SEO).
Goalnya, adalah menggeser pemberitaan yang tidak sesuai di situs mesin pencari, dan akhirnya mengedepankan berita terbaik di halaman 1 Google. Citra/reputasi pulih kembali, jika tidak ada berita negatif di halaman 1 Google. (*)
Budi Purnomo S.IKom, M.IKom pernah memimpin Media Center sejumlah tokoh nasional, dan berpengalaman menangani masalah krisis citra, persepsi publik, dan reputasi : baik korporasi swasta, perusahaan publik, maupun BUMN. Tulisan-tulisannya seputar manajemen reputasi dan restorasi citra bisa dilihat di blog Budipurnomo.com
Kini, Budi Purnomo bersama tim Rep+ (Reputasi Plus) – Media Restoration Agency, dan tim Master SEO Indonesia, menyediakan waktu untuk membantu personal dan korporasi/instansi yang menghadapi masalah komunikasi dengan pendekatan Crisis Management (CM), Cyber Public Relations (CPR), Online Reputation Management (ORM), dan Image Restoration Theory (IRT).


TNCMedia

Dukung editor dan penulis via Bank Rakyat Indonesia (BRI) No Rek: 701001002365501 atau BRI No Rek: - 109801026985507

Lebih baru Lebih lama