THEJAKARTAWEEKLY -- Menyikapi gejolak yang ada di Papua, Goebok Indonesia menggelar diskusi dengan tema 'Penegakan Hukum dan Mencegah Info Hoax Dalam Penaganan Konflik Papua'.
Acara yang diselenggarakan di Whats Up Cafe (24/10/2019) mengetengahkan beberapa narasumber, di antaranya, H Abdullah Affiz MA (aktivis), Muhtar Said MH (pengamat hukum dan politik), dan Ruzi Sutiawan SE (aktivis mahasiswa).
Dalam penyampaiannya H Abdullah Affiz MA mengatakan, banyak hal yang perlu disoroti di Papua. Ia menjelaskan bahwa konflik Papua punya sejarah panjang, dalam cacatannya sejak 1963.
"Banyak hal yang kita soroti tentang peristiwa yang terjadi di Papua. Papua merupakan sebuah wilayah yang masih berada dalam pengawasan negara. Konflik yang terjadi di Papua tidak terlepas dari konflik OPM yang timbul dari tahun 1963 dan yang terjadi pada tahun 1991" paparnya.
Dalam pengamatannya yang sering menjadi pemercik konflik adalah soal rasisme.
"Konflik yang ada di Papua karena faktor rasisme yang banyak beredar di masyarakat" imbuhnya.
Sementara itu, Ruzi Setiawan menceritakan pengalamannya ketika berdikskusi dengan beberapa sahabatnya yang asli Papua. Menurutnya masalah di Papua kompleks, termasuk juga soal sumber daya alam dan pandangan negatif terhadap masyarakat Papua.
"Berbicara mengenai Papua sebenarnya sangat kompleks. Papua dengan segudang pemandangan yang luar biasa, sumber daya alam yang sangat melimpah dan masyarakatnya sangat cerdas. SDA yang banyak namun belum terlalu berefek terhadap pembangunan Papua. Jika ada yang mengatakan ada masyarakat Papua yang tidak cerdas maka mereka salah besar dan mereka belum mengenal Papua sepenuhnya" ujar Ruzi.
Menurutnya banyak orang yang belum mengenal Papua lebih mendalam, karena kalau sudah mengenal Papua, mereka pasti akan kagum dengan Papua.
"Beberapa hari terakhir saya diskusi dengan mahasiswa Papua sebenarnya mereka tidak terlalu mempersoalkan kejadian yang terjadi di daerahnya, mengenai Papua karena kurangnya pemahaman pada masyarakat tentang Papua secara terperinci, kalau mereka tahu pasti mereka akan kagum dengan Papua" imbuh Ruzi.
Mengenai berita hoax yang beredar saat ini beredar, pemateri diskusi terakhir, Pak Muhtar Said MH menyampaikan bahwa berita hoax tidak selalu buruk tergantung bagaimana cara kita menangkap dan menyaring informasi.
"Menurut saya berita hoax tidak selamanya jelek, tergantung bagaimana paradigma kita menangkap tentang berita yang berkembang. Berita hoax akan menjadi jelek ketika dirancang menjadi produksi untuk kepentingan kelompok dan menjadi sesuatu yang tidak diinginkan dengan memicu timbulnya perpecahan. Dan akan baik jika itu untuk menggiring kebaikan, seperti berita hoax hantu akan mendatangi anak kecil yang tidur terlalu malam," kata pria yang akarab disapa Muktar ini.
Menurutnya, warga Papua itu cerdas, mereka pasti bisa memahami dan menyaring berita hoax yang berkembang di Papua.
"Papua adalah wilayah yang besar yang mempunyai penduduk yang banyak serta masyarakat yang cerdas, mereka pasti tahu kebenaran informasi yang beredar di masyarakat" tutup Muhtar.(Oce/SH)
Tags:
papua