MrJazsohanisharma

Biadab.....!!!!



Oleh Indra J Piliang

HAJI-haji asal Silungkang yang berontak tahun 1926 dikirim ke Boven Digoel. Banyak yang mereka ajarkan kepada kaum pribumi Papua sebagai terpidana terpelajar. Cara hidup, bahasa, dan lain-lain. Kini knp tanah merah yang kami gali untuk kuburkan perantau2 kami yang dibunuh dengan kejam di Wamena?

Biadab! Sungguh biadab!

Majelis Rakyat Papua! Presidium Dewan Papua! Dewan Adat Papua! Tuan-tuan yang ada disana, telah gagal lindungi kami punya perantau! Tak pernah kami menerima jenazah-jenazh seperti ini di tanah adat kami! Ini barbar!

Siapa yang bersaksi dalam bahasa yang fasih dan paling dipahami dunia, bahwa tidak ada manusia pemakan manusia di tanah Papua? Sekarang bukti maha bukti sudah dihadapkan kepada tanah ulayat kami, kepada adat istiadat kami, yakni berupa jenazah-jenazah kaum kami yang tak mati di medan perang!!!

Sudah saatnya kami mempersiapkan diri lagi bukan untuk sebuah perundingan, apalagi perdamaian! Kami mengerti cara berperang! Kami pernah berkali-kali berperang! Kami kuat karena lahir dari bumi peperangan!

Sekarang saatnya kami membunuh simpati, apalagi empati, di dalam diri, perasaan dan jiwa kami untuk kalian di sana! Kami matikan semua, bersama jenazah-janazah kaum kami yang kalian bunuh sambil menari-nari!

Natalius Pigay dan lain-lain di mata saya kini bukan pembela HAM atau apapun lg. Dia hanya bela dia punya rambut, dia punya kulit, dia punya logat. Siapapun kalian! Kalian yang provokasi semua lini! Kita perang! Biadab kalian!

Satu keluarga perantau Minang kalian bunuh, berarti kalian langsung berhadapan dengan anak-anak cucu Dua Datuk: Datuk Perpatih Nan Sebatang dan Datuk Ketumanggungan! Itu berarti satu rumpun Istana, Raja dan Rakyat Bumi Pagaruyyung!

Dua Datuk dan Tiga Raja langsung kalian tanamkan bersama jenazah-jenazah kaum kami. Datuk Ketumanggungan, Datuk Perpatih Nan Sebatang, Raja Adat, Raja Ibadat dan Raja Alam. Undang Undang Nan Dua Belas terpaksa kami berlakukan untuk lindungi suku dan kaum kami di Minangkabau!

Tuan-tuan punya hukum perang suku? Sebelum tuan-tuan bakar batu? Kami juga punya dan sudah lama tidak memakainya. Namanya hukum tarik balas. Kami ganti dengan hukum alur dan patut. Kini, hukum tarik balas kami hidupkan lagi!!! Khusus untuk hadapi tuan-tuan!!!

Tuan-tuan dan seluruh perangkat propaganda tuan-tuan! Jika ada keturunan Datuk Ketumanggungan dan Datuk Perpatih Nan Sebatang yang tak ikut, turut dan patuh dengan maklumat ini; sudah pasti mereka dibuang sepanjang adat, mati tanpa pusara, hidup tanpa suku! Terkutuk!

Bugis dan Minang dibantai dan dibakar hidup--hidup di Wamena. Rantai logistik keluar Papua putus. Tuan-tuan memilih lapar! Kenapa? Kenapa?

Ketika anak-anak Papua semakin lupa dengan cara bertanam ubi dan talas; suku Bugis dan Minang yang memasok rantai-rantai makanan malah disiram bensin dan dibakar. Apa Papua hendak masuk era Etiopia syair Iwan Fals? Etiopia yang kini dibangun ras yang bukan hitam lagi. Kenapa? Kenapa?

Ketika negara tidak bisa lindungi kaum kami; berarti kami berhak untuk bangkit sebagai Kerajaan Ranah Pagarruyung dengan Undang Undang Nan Dua Belas! Pandeka, hulubalang, puput serunai sebagai tanda peperangan & bendera marawa siap kami gerakkan kembali! Tunggu datuk-datuk kami berunding! 

Hatta dan Tan Malaka juga yang benar: Mereka bukan sebangsa kami. Mereka memang beda. Dan setua ini, saya baru mulai sadari. #MangisaKarih #SiapkanSiBinuang #BeriTaliSiGumarang #RanahDiserang #MinangDitantang

TNCMedia

Dukung editor dan penulis situsweb ini via Bank Rakyat Indonesia (BRI) No Rek: 701001002365501 atau ke BRI No Rek: - 109801026985507 Kontak: 082113030454

Lebih baru Lebih lama