Veronica Koman Sebut Korban Wamena sebagai Migran, Zara Zettira Marah -->

Veronica Koman Sebut Korban Wamena sebagai Migran, Zara Zettira Marah

Redaksi TNCMedia


THEJAKARTAWEEKLY -- "Tasirok darah mandanga barito dunsanak kami di Papua. Innalillahi wainna ilaihi roji'un,  semoga Allah ampuni dunsanak kami dan ditempatkan ke dalam jannahNya.. Aamiin."

Tweet tersebut dicuitkan cerpenis Zara Zettira ZR menanggapi situasi di Wamena, Papua terkini. 

Seperti diberitakan, terjadi pembunuhan keji atas warga perantau Minang di kota tersebut. Biro Humas Setda Prov. Sumbar dalam siaran persnya menerangkan, berdasarkan laporan dari warga Sumbar yang ada di Wamena, sudah 9 orang warga Sumbar yang tewas di Wamena. Mereka adalah, Syafriyanto (36), istrinya Putri (30) dan anaknya Rizky (4), Jefry Antoni (23), Hendra (20), Ibnu (8), Iwan (24), Nofriyanti (40), Yoga Nurdi Yakop (28). Semua korban tercatat asal Pesisir Selatan dari kecamatan yang berbeda.

Pasca kerusuhan yang diduga kuat didalangi kelompok separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM), muncul kesaksian dari korban selamat yang mengatakan sempat disandera oleh kelompok perusuh yang secara biadab membakar hidup-hidup para Sandera warga perantauan.

Namun yang juga menyulut kemarahan Zara Zettira adalah cuitan Veronica Koman, aktivis HAM yang kini DPO kepolisian atas tragedi itu. Dalam cuitannya Koman menyebut korban Wamena (warga Minang dan Bugis) perantau di Papua sebagai migran.

"Perhatikan begitu besar dan detail pemberitaan mengenai korban migran di Papua..." tulis Veronica Koman, di Twitter, Sabtu (28/9/2019) siang.



Kontan cuitan tersebut menyulut reaksi publik, khususnya dari etnis Minang.

"Saya , keluarga saya sahabat-sahabat saya semua dukung Papua dan menuntut pemerintah untuk serius tangani masalah di Papua. Tapi tidak mendukung Koman , yang katanya aktivis HAM tapi diskriminatif kontradiktif pernyataannya soal #KorbanWamena," kata Zara lewat Twitter, Sabtu (28/9/2019).

Selaku orang Minang, kata Zara, ia mengutuk keras perbuatan iblis yang membantai saudara sebangsa di Wamena.

"Karena ambo ni urang awak maka dari tadi tu bahas urang Minang. Tapi kata-kata “kaum migran” ini mengenai siapa saja yang pendatang di Papua bukankah begitu? 
Jadi Hak Asasinya di mana? Kalau korban jiwa harus didiskriminasi dengan istilah “kaum migran” cik?" gugat wanita yang kini menetap di Brisbane, Australia tersebut.

Ia meminta Koman mengungkap siapa pelaku pembunuhan warga perantau Minang di Wamena tersebut, bukan mengetweet hal-hal berbau rasis.

"Orang ini bukan hanya mengacaukan tanah air tapi mengacaukan hidup kami juga perantau Indonesia di Australia," sebutnya.

"Masa aktivis HAM dunia Koman nggak ngerti hal ini? Urusan nyawa pun kau diskriminatif," lanjutnya.

Veronica Koman sendiri  sebelumnya telah ditetapkan sebagai tersangka kasus provokasi dan hoaks dalam kerusuhan Papua. 

Perempuan kelahiran Medan, 14 Juni 1988 itu dianggap telah melakukan provokasi di media sosial Twitter miliknya mengenai kasus yang terjadi di Asrama Mahasiswa Papua di Surabaya, pada 17 Agustus 2019. 

Polda Jawa Timur telah menerbitkan status Daftar Pencarian Orang (DPO) untuk Koman. Penerbitan DPO ini dilakukan karena ia tak kunjung memenuhi dua kali panggilan pemeriksaan dari polisi. Padahal polisi telah mengirimkan surat panggilan, baik ke alamatnya di Indonesia maupun yang ada di luar negeri.

Polisi sempat memberi toleransi waktu lima hari hingga 18 September lalu agar Koman memenuhi panggilan. Namun panggilan itu tak juga dipenuhi. 


Mulai Kondussif

Sementara itu Polda Papua mengklaim situasi di Wamena, Papua sudah berangsur-angsur kondusif usai aksi demo yang berujung kerusuhan pada awal pekan ini. Namun, sedikitnya 1.500 aparat dari gabungan TNI dan Polri masih diterjunkan untuk mengamankan Wamena.

Namun warga perantau di Wamena mulai mengungsi. Jumat (27/9/2019) pesawat Hercules TNI AU mengangkut 300 orang pengungsi korban kerusuhan Wamena dari Bandara Udara Wamena, Kabupaten Jayawijaya, ke Base Ops Lanud Silas Papare, Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, hari ini, Jumat, 27 September 2019. Arus pengungsi terus bertambah.


Kepala Bidang Humas, Polda Papua Kombes AM Kamal menyatakan aparat gabungan melakukan patroli keliling dan menjaga agar tak ada warga yang memprovokasi hingga berbuntut kericuhan.

"(Aparat gabungan) disiapkan di beberapa titik, terutama objek vital. Patroli untuk antisipasi mobilitas para perusuh," katanya, saat dikonfirmasi melalui telepon, Sabtu (29/8/2019) seperti dilansir dari cnnindonesia.

Kerusuhan terjadi di Wamena, Senin (23/9/2019) pukul 09.00 WIT. Sejumlah bangunan seperti rumah dinas, ruko, dan kantor bupati dibakar massa hingga berujung tewasnya sejumlah pendatang di sana.* (Oce)