THEJAKARTAWEEKLY -- Pemerhati sosial politik, Junaidi Gaffar menyindir kalangan yang diketahui sebagai haters dan lawan politik Gubernur DKI Anies Baswedan, terkait heboh rencana anggaran siluman RAPBD DKI.
Junaidi menilai, bagi para pembenci ada saja cara untuk menyerang. Soal kemudian serangan itu fitnah atau omong kosong, tak jadi soal bagi mereka.
"Selalu saja ada orang-orang tolol (tanpa batas pendidikan) yang percaya bahwa fitnah-fitnah semacam itu adalah kebenaran. Lalu mereka jadikan olok-olok dan tanpa pernah menyadari mereka sedang mengolok ketololan mereka sendiri," sebutnya melalui akun media sosialnya, Jumat (1/11/2019).
"Anda ingat soal bunga plastik?" cetusnya mengingatkan isu yang juga diributkan beberapa waktu lalu. Saking bersemangatnya menyerang Gubernur yang berkuasa, seorang temannya yang reputasinya sudah dikenal di dunia arsitek dan penataan kampung memposting kalimat-kalimat dengan nada mengolok.
"Ketika saya beritahu bahwa yg membeli bunga plastik itu Ahok, dia buru-buru menghapus postingannya. Rasanya ia punya semua alat untuk melakukan cross check sebelum menuduh. Tapi itu tidak ia lakukan. Urat bencinya bekerja lebih cepat dari nalarnya. Sehingga pendidikan yang tinggi tidak serta merta membuatnya menjadi orang yang kritis dalam melihat dan memahami sebuah isu," tutur akademisi yang juga pegiat dunia perbukuan tanah air ini.
Ia juga menyentil seorang penyanyi yang juga seorang dokter dan dikenal sebagai ahoker garis keras, menantang gubernur untuk mau diajari cara menyusun anggaran.
"Anda bisa bayangkan bagaimana ketololan dipertontonkan telanjang. Dia kira yang menulis anggaran itu gubernur, sehingga perlu diajari. Membedakan usulan anggaran dan yang memutuskan persetujuan anggaran saja ia tidak tahu, tapi sok gagah mau mengajari orang menyusun anggaran. Untuk yang demikian, saya hanya bisa bilang, maaf...otaknya jauh," ucapnya jengkel.
Tidak itu saja kekonyolan haters Anies menurut Junaidi, itu juga terjadi di kasus-kasus lain. Mulai dari kain hitam penutup kali, getah getih, batu koral dan lain-lain. Apa saja jadi alat untuk menyerang.
Tapi ketika ditunjukkan bahwa tokoh yang didukungnya melakukan hal yang sama, atau yang mereka sangkakan keliru, tidak juga datang kesadaran untuk berhenti mengumbar kebencian yang hanya menegaskan bahwa mereka tak punya cukup nalar untuk melihat persoalan secara jernih dan utuh.
"Nah, terkait dengan lem Aica Aibon 82 miliar itu, tidak ada yang salah kalau orang mengeritik anggaran yang tidak masuk akal. Itu malah bagus. Tapi, mbok ya kalau membuat kritik tidak disertai dengan membuat kesimpulan yang tidak-tidak. Kesalahan pencatatan usulan anggaran oleh petugas dinas atau SKPD sudah berlangsung sejak sistem upload usulan anggaran diberlakukan Pemda DKI di era Jokowi Ahok," ungkapnya.
Pria yang juga influencer di media sosial ini menyebut, kesalahan usulan anggaran juga fantastis dan tidak masuk akal. Akan tetapi publik yang cerdas tahu, bahwa secara logika hanya orang bodoh yang mau mengupload angka yang tidak masuk akal dengan tujuan korupsi.
Mereka memahaminya sebagai kesalahan input. Puluhan ribu kegiatan dan tidak ada sistem autocheck memungkinkan kesalahan input. Dan itu wajar terjadi, kecuali sistemnya diubah.
Yang lebih penting, usulan harus dibahas di DPRD. Merekalah yang akan menguliti anggaran satu per satu. Angka-angka yang aneh dan tidak masuk akal pasti hilang. Karena setelah pembahasan mereka, anggaran yang telah disahkan bersifat final. Jika ingin menguliti kinerja dan menaruh curiga, di sinilah tempatnya. Bukan ketika anggaran bersifat usulan mentah yang punya potensi salah input.
Jadi, kata Junaidi, bagi mereka yang ingin terus membangun prasangka-prasangka, silakan saja. Tapi, tunjukkan cara yang sedikit lebih smart dan bermartabat.
"Jangan seperti judul film Warkop DKI, IQ Jongkok. Banyak cerita tapi tidak berguna. Niat mengumbar kejelekan lawan tapi yang tampak malah jelek muka sendiri. Dunia ini luas bagi mereka yang terus menjaga hati dan lisannya, tapi akan selalu sempit di hati orang yang menaruh amarah dan benci," tandas Junaidi Gaffar. (Oce).